PERKEMBANGAN RASA KESADARAN AGAMA PADA ANAK, DAN IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN AGAMA SERTA FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
1. Pengertian Kesadaran Keagamaan
Dalam hal ini kita meninjau istilah Zakiah Drajat yang membahas tentang kesadaran agama. Kesadaran agama adalah bagian atau segi yang hadir/ terasa dalam pikiran dan dapat dilihat gejalanya melalui introspeksi, dapat dikatakan bahwa kesadaran beragama adalah aspek mental atau aktivitas agama, sedangkan pengalaman agama adalah unsur perasaan yang membawa kepada keyakinan yang dihasilkan oleh tindakan.
Dari kesadaran dan pengalaman agama tersebut akan muncul sikap keagamaan yang ditampilkan seseorang yang mendorongnya untuk bertingkahlaku sesuai dengan ketaatannya pada agama yang dianutnya. Sikap tersebut muncul karena konsestensi antara kepercayaan terhadap agama sebagai unsur kognitif yang merupakan integrasi secara kompleks antara pengetahuan. Perasaan serta tindak keagamaan dalam diri seseorang. Hal ini menujukkan bahwa sikap keagamaan menyangkut dengan segala kejiwaan.
2. Sumber Kesadaran Jiwa Keagamaan
Sumber kesadaran jiwa keagamaan diklasifikasikan terdiri dari empat kelompok yaitu :
a. Faktor Sosial
Hal ini mencakup semua pengaruh social dalam perkembangan sikap keagamaan melalui pendidikan dari orang tua, tradisi-tradisi social, dan pengaruh lingkungan social, untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut.
b. Pengalaman
Hal ini mencakup semua pengaruh yang tampaknya lebih terikat secara langsung dengan tuhan pada sikap keagamaan
c. Faktor Kebutuhan
Yaitu merasa tidak terpenuhi secara sempurnya sehingga mengakibatkan tersasa adanya kebutuhan akan keselamatan, kebutuhan akan cita, kebutuhan memperoleh harga diri, kebutuhan yang timbul karena adanya kematian
d. Faktor proses pemikiran
Manusia adalah makhluk yang berfikir dan salah satu akibat dari pemikirannya adalah bahwa ia membantu dirinya untuk menentukan keyakinan-keyakinan yang mana yang harus diterimanya dan sebaliknya, hal ini merupakan salah satu unsur yang membantu pembentukan sikap keagamaan.
3. Perkembangan Rasa kesadaran agama pada anak
a. Timbulnya rasa keadaran pada anak
kesadaran dan perkembangan jiwa beragama pada anak dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :
1. The Fairly Tale Setage ( Tingkat Dongeng )
Pada tahap ini anak yang berumur 3-6 tahun, konsep mengenai tuhan banyak dipengaruhi oleh pantasi dan emosi sehingga dalam menagnggapi agama, anak masih menggunakan konsep fantastis. Menurut Dr. Hanny yaitu konsep agama pada anak sangat sedikit dan tidak ada artinya sama sekali, untuk mendingengkan anak menjadi hal yang wajar karena mengatasi daya tingkat intelektual anak dalam konsep agama.
2. The Realistis. Stege (Tingkat Kepercayaan)
Tahap ini dimulai sejak usia masuk sekolah, ide-ide tentang tuhan telah tercermin dalam konsep-konsep yang realistis. Dan biasanya muncul dari lembaga agama atau pengajaran orang dewasa. Melalui hal ini anak tertarik untuk melakukan pekerjaan seperti halnya orang dewasa, yang tidak terlepas dari bimbingan orang tua.
3. The Individual Stage ( Tingkat Individu)
Konsep individual ini terbagi menjadi 3 bagian, yaitu :
a. Konsep Ketuhanan yang Konvensional
b. Konsep Ketuhanan Yang Lebih Murni
c. Konsep Tuhan yang bersifat Humanistik.
b. Sifat –sifat agama pada anak
Sifat keagamaan pada anak dapat dibagi menjadi 6 bagian, yaitu :
1. Unreflektif ( Kurang mendalam)
2. Egosentris
3. Anthromorphis
4. Verbalis dan Ritualis
5. Imitatif
6. Rasa Heran
c. Tuhan Sebagai Keharusan Moral
Moral dianggap salah satu factor yang menentukan sikap keagamaan serta pengalaman beragama, dengan demikian kepercayaan terhadap tuhan cenderung kepada masalah keyakinan, hal ini sejalan dengan moralitas melalui tindakan –tindakan yang dilakukan dalam proses keagamaan untuk melakukan perintah Tuhan Yang Maha Esa, keyakinan ini tergantung kepada pribadi masing-masing yang dapat mengarahkan dan perkembangan agama.
d. Pentingnya Hubungan Anak dengan Orang Tua
Peran orang tua sangat penting dalam mendidik anak secara Islam. Naungan keluarga dalam mendidik anak merupakan pendidikan dasar bagi pembentukan jiwa keagamaan menurut Rasulullah, fungsi dan peran orang tua utnuk membentuk arah keyakinan-keyakina anak-anak mereka. Setiap bayi yang dilahirkan sudah memiliki potensi untuk beragama namun bentuk keyakinan agama yang akan dianut anak sepenuhnya tergantung dari bimbingan pemeliharaan dan pengaruh kedua orang tuanya.
e. Ketakutan dan Kematian
Takut merupakan emosi yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sebab takut akan membantu manusia agar waspada terhadap segala bahaya yang mengancam, serta takut yang paling penting adalah mendorong orang mu’min agar menjaga diri dari ajab Allah SWT, umumnya takut mati banyak terjadi dikalangan orang-orang yang tidak luput dari dari takut.
Tidak diragukan lagi bahwa takut mati akan terjadi sangat hebat kepada orang-orang durhaka yang takut ditimpa kematian sebelum ia bertaubat. Dalam hal itu takut mati mempunyai korelasi yang erat kaitannya dengan takut kepada Allah SWT. Tapi, keimanan keapda Allah akan menghilangkan rasa takut mati, sebab orang mukmin tahu dengan yakin bahwa kematian akan menghantarkannya kepada kehidupan akhirat yang langsung saat ia akan dianugerahkan Rahmat dan Keridhoaan Allah SWT.
f. Pembinaan Rasa Jiwa Keagamaan pada usia anak
1. Pendidikan Agama Pra natal
Pendidikan agama perlu diberikan kepada bayi yang belum dilahirkan karena mempunyai pengaruh yang besar kepada perkembangan selanjutnya, baik secara pisik maupun psikis. Ibu yang melahirkan seharusnya memberikan pendidikan agama melalui membaca Al-Qur’an serta hal yang berpengaruh positif pada anak.
2. Pendidikan Agama Pasca Natal
Pendidikan agama pasca natal ini tegantung pada pendidikan pra natal apabila baik pendidikan nya maka harus dilanjutkan setelah bayi lahir, dengan cara mengazankan bayi setelah lahir ke dunia, hal ini merupakan pendidikan utama yang diberikan kepada bayi setelah dilahirkan. Pendidikan pasca natal ini diberikan oleh orang-orang terdekat bayi, pendidikan agama diberikan berkelanjtuan sampai pada masa anak-anak, remaja, dewasa.
3. Usia 0-6, 6-12
Pada usia 0-6 adalah masa vital sampai masa kanak-kanak, pendidikan gama dianjurkan melalui peranan orangtua dalam mendidik dengan cara pendidikan agama pra natal, adapun pada usia 6 tahun pendidikan bias dikembangkan melalui konsep pantasi, pada usia 12 tahun pendidikan agama pada anak dapat dilatih melalui tingkat kepercayaan.
4. Beberapa hal yang perlu diingat oleh guru
1. Guru harus melihat perkembangan dan kemajuan pada anak didik dalam segi agama.
2. Guru harus mengawasi setiap tindakan yang dilakukan oleh anak didik dalam bergaul
3. Menanamkan sikap terpuji kepada anak sehingga dapat menumbuhkan rasa kesadaran beragama pada anak
4. Memberikan penghargaan mengenai hidup beragama.
DAFTAR PUSTAKA
Jalaluddin, Psikologi Agama, 2009, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Kagam Jarome, Perkembangan dan Kepribadian Anak, 2001, Jakarta: Erlangga.
Najati M. Usman, Psikologi dalam Al-Qur’an, 2005, Bandung: Pustaka Setia.
Sururin, Ilmu Jiwa Agama, 2004, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tholess Robert H, Pengantar Psikologi Agama, 2000, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar