Minggu, 07 November 2010

ETIKA JIWA (FADLI)


ETIKA JIWA

A.    SELINTAS TENTANG ETIKA
  1. Etika adalah hasil latihan yang berkelajutan
          Sifat alami jiwa manusia itu kosong dan menerima segala bentuk etika. Oleh karena itu, pendidikan moral sangat penting. Tanpa pendidikan moral, akhlak-akhlak terpuji dan mulia tidak akan menjadi bagian yang menyatu dengan kepribadian seseorang tanpa pendidikan moral, seseorang akan terbiasa dengan akhlak-akhlak tercela yang didukung oleh nafsu selaras dan sejiwa dengan syahwatnya.
          Pendidikan moral tidak dapat dianggap mudah, dianaktirikan, atau diremehkan dengan alasan bahwa manusia adalah makhluk yang berakal dan manusia secara alami akan mencari dan menuju akhlak yang terpuji. Kedua alasan ini salah, berbahaya, dan membawa kegagalan dan kehancuran moral. Karena suatu etika diperoleh dengan latihan yang berkelanjutan atau pengaruh dari etika umum suatu masyarakat. Dan setiap masyarakat memiliki etika-etika mereka sepakati.

  1. Akal pengawas Etika
Etika diperoleh melalui latihan yang berkelanjutan atau pengaruh etika suatu masyarakat, bukan dengan kemampuan akal dan bukan pula naluri manusia. Fungsi akal dan naluri dalam proses pendidikan moral adalah sebagai pengawas, penyelaras dan penilai.[1] Seandainya pendidikan mral dapat terwujud dan terlaksana hanya dengan kemampuan akal, niscaya para nabi tidak perlu melatih diri mereka untuk memperoleh akhlak-akhlak terpuji dan tidak perlu mendidik umatnya berakhlak mulia.
Rasulullah Saw bersabda,”Aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak-akhlak terpuji.”
Nabi Isa Ibn Maryam. As. Ditanya, “ Siapakah yang mengajari anda beretika?” ia menjawab tidak ada. Aku beritika dengan otodidaktik, aku melihat akhlak yang tercela dari orang yang tidak beritika, lalu aku menjauhi akhlaknya.
  1. Etika adalah mahkota, mutiara, dan kebutuhan pokok
Ali bin Abi Thalib. r. a berkata ”Sesungguhnya Allah Ta’ala  memosisikan akhlak-aklah mulia ini sebagai penghubung antara diri-Nya dan kamu alangkah mulianya orang yang dapat berhubungan dengan Allah dengan salah satu akhlak mulia itu.”
            Azdasyir ibn Babak berkata : salah satu bukti keutamaan etika ialah ia dipuji oleh semua orang, menjadi mahkota dimanapun ia berada dan dikenang sepanjang masa.”
            Mahbud berkata, Ílmuan yang tidak bermoral bagaikan gedung yang hancur porak poranda, semakin tinggi bangunannya semakin menakutkan. Bagaikan sungai yang kering airnya, semakin lebar dan dalam sungai itu, semakin menyeramkan. Bagaikan tanah subur yang tidak dimanfaatkan, semakin lama ditinggalkan, semakin banyak dan semakin tinggi ilalangnya, dan menjadi sarang binatang-binatang melata”
            Ibnu Al Muqaffa berkata, ”Kebutuhan kita pada etika yang merupakan sebab produktivitas akal kita lebih besar daripada kebutuhan panca indera kita. Benih biji yang ditanami di tanah kita akan tumbuh dan berbunga tanpa disiram dengan air.
            Al-Ashmu’i meriwayatkan bahwa seorang Arab Badui berkata kepada anaknya , ” Wahai anakku, etika adalah tiang penopang utama bagi orang berakal dan mahkota hiasan bagi orang yang bukan keturunan bangsawan. Orang yang berakal cerdas tetap membutuhkan air, karena dengan air itulah, ia produktif.”
            Seorang ahli hikmah berkata, ”Etika adalah gambaran akal, maka gambarlah akal anda menurut kehendak Allah.”Ahli hikmah lain berkata, ”Akal tanpa etika bagaikan pohon yang tak berbuah, sedangkan akal yang beretika bagaikan pohon yang berbuah, ”Sebuah ungkapan mengatakan, ”etika merupakan salah satu dari dua mahkota.”
            Seorang sastrawan berkata, ”Keutamaan itu diperoleh dengan akal dan etika, bukan dengan garis keturunan. Orang yang tidak beretika dan lemah akalnya, garis keturunannya tidak bernilai keluhuran.

B.     LIMA TAHAP PENULISAN ETIKA
                Etika adalah ilmu yang fleksibel dan adaptif penulisan buku oleh penulis-penulis berikutnya adalah menyempurnakan buku yang sudah ada.
      Penyempurnaannya ada 5 tahap   :
1.      Mencari bahan-bahan yang sudah tersebar di banyak tempat
2.      Meneliti bahan0bahan yang sudah dikumpulkan, dianalisis, dan membandingkannya dengan etika dan tradisi zamannya.
3.      Menyempurnakan dengan bahan-bahan dari pribadi penulis yang berdasrkan intuisi dan daya nalarnya.
4.      Mengungkapkannya kembali dengan bahasa yang baik, benar, mudah dipahami masyarakat.,
5.      Penyusunan secara sistematis karena  setiap cabang ilmu mempunyai sistematika tersendiri.[2]

C.    DUA BENTUK PROSES PENDIDIKAN MORAL
                Pendidikan moral menurut prosesnya dan pelakunya dibagi kepada dua bentuk :
  1. Pendidikan moral anak oleh orang tua
                Orang tua berkewajiban mendidik anaknya, ia harus mengajarkan dasar-dasar etika kepada anaknya agar terbiasa, terlatih dan akrab dengannya sejak kecil. Pendidikan moral masa kecil sangat efektif karena berpengaruh dan berkesan pada jiwa anak ketika dewasa nanti. Orangtua yang tidak mendidik moral anaknya pada masa kecilnya akan mengalami kesulitan besar dalam mendidik moral anaknya pada masa dewasanya.
  1. Pendidikan moral otodidatik
                Maksudnya ialah pendidikan moral yang dilakukan oleh seorang dewasa terhadap dirinya sendiri secara otodidatik (belajat dan mendidik diri sendiri). Pendidikan moral otodidaktik ini menurut sudut kerasionalannya etika terbagi atas tiga bentuk, yaitu :
a)      Etika adaptif, yaitu seperangkat norma hidup masyarakatnya yang dibuat dan disepakati oleh suatu masyarakat karena individu masyarakat berpegang teguh dengannya dalam kerangka menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya.[3]
b)     Etika Korektif dan konstruktif adalah seperangkat norma hidup bermasyarakat yang mempunyai dasar rasionalitas yang masyarakat manusia tidak berbeda pendapat mengenai sisi kebaikan dan keburukannya.

D.    ETIKA BERPAKAIAN
           Tiga fungsi pakaian
Makan dan minum adalah kebutuhan pokok manusia. Kebutuhan pakaian hanyalah berada sedikit di bawah posisi kebutuhan pangan karena pakaian memiliki tiga fungsi yang sangat penting, yaitu, yaitu pelindung tubuh, penutup aurat, danpenghias diri:
1.      Pelindung tubuh
                Akal yang sehat mewajibkan manusia untuk menolak bahaya dan meraih manfaat. Dengan demikian, berpakaian untuk tujuan melindungi tubuh adalah wajib hukumnya menurut akal.
Allah Swt Berfirman yang artinya :
ª!$#ur Ÿ@yèy_ /ä3s9 $£JÏiB šYn=y{ Wx»n=Ïß Ÿ@yèy_ur /ä3s9 z`ÏiB ÉA$t6Éfø9$# $YY»oYò2r& Ÿ@yèy_ur öNä3s9 Ÿ@Î/ºuŽ|  ãNà6É)s? §ysø9$# Ÿ@Î/ºtyur Oä3ŠÉ)s? öNà6yù't/ 4 y7Ï9ºxx. OÏFム¼çmtGyJ÷èÏR öNà6øn=tæ öNä3ª=yès9 šcqßJÎ=ó¡è@ ÇÑÊÈ
dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah dia ciptakan, dan dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan dia jadikan bagimu yang memeliharamu dari panas dan pakaian yang memelihara kamu dalam peperangan”. (An-Nahl : 81).
2.      Penutup aurat.
                Fungsi kedua dari pakaian adalah sebagai penutup aurat. Para ulama berbeda pendapat tentang dasar kewajiban menutup aurat. Sebagian mereka berpendapat bahwa dasar kewajibannya adalah akal, sedangkan yang lain berpendapat bahwa dasar kewajibannya adalah perintah agama.
·   Pendapat Pertama
                Menurut pendapat pertama dasar kewajiban menutup aurat adalah akal. Akal manusia menilai bahwa terbukanya aurat dan tidak menutupnya di depan orang lain adalah perbuatan yang buruk dan sikap tercela, sedangkan akal selamanya mencegah yang buruk. Buktinya adalah gerakan spontanitas Nabi Adam As, dan Hawa ketika mereka memakan buah terlarang dan nampak aurat mereka. Secara spontanitas mereka menutup aurat mereka dengan daun-daun surga. Gerak spontanitas mereka merupakan indikator kuat bahwa keduanya tidak diperintahkan menutup aurat yang tidak terbuka bagi mereka. Pada kondisi aurat mereka telah terbuka, sedangkan mereka belum menutupnya, mereka juga tidak diperintahkan untuk menutupnya.
·   Pendapat kedua
                Menurut pendapat kedua ini, dasar kewajiban menutup aurat adalah perintah agama. Menurut pendapat mereka aurat adalah bagian dari anggota tubuh. Sebagaimana anggota tubuh yang lain seperti tangan tidak wajib di tutup atas dasar pertimbangan akal, aurat juga tidak wajib di tutup atas dasar pertimbangan akal. Yang menjadi dasar kewajiban aurat adalah perintah agama.
                Sebaliknya, pertimbangan akal tidak dapat dijadikan dasar kewajiban menutup aurat. Buktinya antara lain sebagai berikut : Suku Quraisy dan mayoritas bangsa Arab pada masa jahiliyah melaksanakan tawaf di Ka’bah dalam keadaan telanjang dan mengharamkan memakan daging dan lemak hewani, sedangkan akal mereka utuh, sempurna, sehat, dan normal. Menurut keyakinan mereka dua hal diatas adalah salah satu bentuk kebajikan dan kebaktian yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah. Adapun segala bentuk kebaktian kepada Allah haruslah sesuatu yang dinilai layak dan baik oleh akal. Jadi, atas dasar pertimbangan akal sehat mereka, tawaf dalam konsisi telanjang adalah baik, tradisi ini terus berlanjut hingga turun ayat yang mengharamkannya.
Allah berfirman  :
 * ûÓÍ_t6»tƒ tPyŠ#uä (#räè{ ö/ä3tGt^ƒÎ yZÏã Èe@ä. 7Éfó¡tB (#qè=à2ur (#qç/uŽõ°$#ur Ÿwur (#þqèùÎŽô£è@ 4 ¼çm¯RÎ) Ÿw =Ïtä tûüÏùÎŽô£ßJø9$# ÇÌÊÈ
Artinya:   Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid[4], makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan[5]. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan. (Q.S. Al-A’raf : 31)

3.      Pengias tubuh
                Fungsi ketiga dari pakaian adalah sebagai penghias tubuh. Menghiasi tubuh dan memperindah penampilan dengan memakai pakaian yang baik dan indah adalah suatu sikap yang yang baik atas dasar etiket dan tradisi sedangkan hukumnya tidak wajib menurut agama dan akal.
                Dalam memposisikan pakaian sebagai penghias tubuh, manusia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
1.      Orang yang melampau batas kewajaran atau terlalu memperhatikannya,
2.      Orang yang kurang perhatian dan kepeduliannya, dan
3.      Orang yang bersikap moderat dan menengah.

      Dalam memposisikannya pakaian sebagai penghias tubuh manusia terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu orang yang melampai batas kewajaran/ terlalu memperhatikannya, orang yang kurang perhatian dan kepeduliannya, dan orang yang bersikap moderat dan menengah.
      Enam nasehat yang juga berkaitan dengan etika :
1.      Mengatur waktu
                Waku terbagi dua, yaitu waktu untuk bekerja dan waktu untuk istirahat. Bekerja tanpa istirahat adalah suatu bentuk penyiksaan diri. Sebaliknya, istirahat tanpa bekerja adalah pangkal kegagalan cita-cita. Bekerja adalah suatu kewajiban, sedangkan istirahat adalah suatu hak. Oleh karena itu selayaknya anda mampu membagi dan mengatur waktu bekerja dan istirahat anda secara proporsional dan baik. Karena tanpa itu, jiwa dan fisik anda akan rusak.
2.      Mengevaluasi pekerjaan
                Pada waktu menjelang tidur di malam hari, selayaknyalah anda mengevaluasi semua kegiatan yang anda lakukan pada siang harinya. Waktu malam sangat tepat dan baik untuk kegiatan evaluasi seperti ini karena suasananya lebih hening dan tenang, dan pikiran pun lebih mampu berkonsentrasi dan berfikir jernih.
                Apabila hasil evaluasi menunjukkan bahwa kegiatan anda baik dan terpuji, lanjutkan pekerjaan itu dan berbuatlah yang sejenis dengannya, sebaliknya, bila kegiatan anda itu buruk dan tercela, hentikanlah pekerjaan itu, perbaiki apa yang mungkin di perbaiki dan jangan berbuat yang sejenis dengannya pada masa depan.
                Hasil evaluasi kerja dan kegiatan anda ditinjau dari tujuan yang ingin dicapai adalah suatu dari empat butir point berikut :
-    Berhasil dengan baik
-    Gagal total
-    Kuran berhasil
-    Berhasil, tetapi dengan beberapa kesalahan.
Evaluasi pribadi seperti ini sangat penting sebelum bekerja dan sebelum melanjutkan pekerjaan. Dengan evaluasi ini anda dapat mengetahui titik-titik kekuatan dan kelemahan anda, kmudian memanfaatkannya untuk usaha perbaikan.
3.      Mengukur kemampuan diri
                Apabila ingin mengerjakan sesuatu, selayaknyalah bagi Anda untuk lebih baik dahulu mengukur kemampuan anda sendiri, apabila harapan keberhasilannya lebih besar daripada dugaan kegagalannya dan baik akibatnya, laksanakanlah pekerjaan itu dengan cara yang termudah dan efektif. Semakin mudah suatu pekerjaan semakin besar pulalah semangat anda dalam mengerjakannya, sebaliknya, bila dugaan kegagalannya lebih besar daripada harapan keberhasilannya sedangkan bahayanya sangat besar dan tujuannya tidak terlalu penting dan mulia, hindarilah pekerjaan itu.
4.      Menyesuaikan sikap usia
                Hendaklah anda menyadari bahwa pada setiap tahapan dan tingkatan usia anda ada siaft, sikap dan pekerjaan yang layak dan sesuai dengannya, jika pada usia tua, anda bersifat dan bersikap kekanak-kanakan juga banyak bermain dan bercanda, orang yang lebih muda daripada anda akan meremehkan anda  dan orang yang lebih rendah dan hina daripada anda akan mencaci anda.
                Posisi anda seperti gubahan syair berikut ini” Semua burung elang yang telah tua bangka, kepalanya akan menjadi tempat burung- burung kecil membuang kotorannya.”
5.      Hendaklah patuh, Memimpin Ramah
                Hendaklah memusatkan perhatian anda pada pekerjaan dan urusan anda, rela menerima kondisi anda, tidak mengganggu orang lain, mengikuti tradisi yang berlaku, patuh kepada pemimpin yang diangkat oleh masyarakat, dan ramah kepada orang yang anda pimpin jangan secara frontal memisahkan diri dari masyarakat agar anda tidak dibenci dan jangan pula anda secara frontal menantang mereka agar mereka tidak memusuhi anda.
                Seorang penyair bersyair ” Apabila suatu masyarakat patuh dan senang kepada seorang pemimpin, tetapi ada seseorang yang menantang dan benci kepadanya, kepatuhan masyarakat itu merupakan bukti bahwa yang menantang itu tidak berfikir jernih dan baik.”
6.      Jujur kepada diri sendiri.[6]
                Hendaklah anda bersikap jujur terhadap diri sendiri, tidak hipokrit (Munafik) dengan menyembunyikan aib dan kelemahan anda serta selalu membela diri yang tidak pada tempatnya.
                Oleh karena itu, perbaikilah diri anda sendiri dengan merenungkan dan meneliti aib-aib anda, kemudian ber- itibar seperti yang dilakukan musuh-musuh anda terhadap diri anda. Sadarilah bahwa orang yang mampu menyadarkan dirinya sendiri, tiada berguna baginya kata-kata orang lain.
E.     ETIKA MAKAN DAN MINUM
             Manusia memerlukan makan dan minum karena dua faktor, yaitu :
1.      Faktor kebutuhan Biologis
                Manusia membutuhkan makanan dan minuman untuk menghilangkan rasa lapar dan dahaga. Dengan terpenuhinya kebutuhan biologis ini, manusia dapat bertahan hidup. Pemenuhan kebutuhan ini dianjurkan oleh agama dan akal. Islam melarang umatnya melakukan puasa wishal (menyambung puasa hari pertama dan kedua tanpa berbuka setelah tiba waktu berbuka pada hari pertama), karena puasa seperti ini melemahkan tubuh dan jiwa sehingga tidak dapat melaksanakan ibadah lain dengan baik dan sempurna.
                Salah satu hikmah pengharaman puasa wishal adalah agar umat Islam melakukan hal-hal yang manfaatnya lebih banyak dan pahalanya lebih besar. Penjelasannya adalah sebagai berikut : dengan puasa wishal pelakunya meninggalkan makan dan minum yang hukumnya mubah. Meninggalkan yang mubah tidak berpahala, bahkan berdosa jika berniat ria. Selanjutnya dengan puasa wishal itu tubuh lemah sehingga tidak mampu melaksanakan bentuk-bentuk amal shaleh lain, yang lebih besar pahalanya dan lebih banyak manfaatnya. Orang yang tidak mencari pahala yang lebih besar dan manfaat yang lebih banyak adalah orang yang sangat merugi.
2.      Faktor keinginan nafsu ada 2 :
a.       Nafsu yang mengutamakan kuantitas
   Makanan dan minuman yang melebihi batas kebutuhan hidup dilarang oleh agama dan dinilai tidak baik oleh akal. Hal ini karena makan dan minum secara berlebih-lebihan adalah suatu bentuk kerakusan yang berbahaya bagi kesehatan.
   Rasulullah Saw bersabda, ”hindarilah kekenyangan, karena ia perusak muruah, pembawa penyakit, dan penyebab kemalasan beribadah.”
   Ali ibn Abi Thalib r.a. berkata, jika anda kekenyangan, anggaplah diri anda sebagai orang cacat (orang penderita penyakit kronis). ”Seorang Sastrawan berkata, ”Persedikitlah makan, agar agar tidur anda baik dan normal.”Seoran budayawan berkata, ”sifat pengecut adalah tercela, sedangkan kerakusan adalah membawa kesialan.”Seorang ahli hikmah berkata ”obat yang paling mujarab adalah makan secukupnya.”
   Seorang penyair bersyair, ”Sering kali segenggam makanan yang lezat rasanya menjadi penyebab berpantang memakan makanan lezat lainnya untuk seumur hidup. Sering kali seseorang berusaha mewujudkan suatu ambisinya. Sedangkan ia tidak sadar bahwa ambisinya itu pangkal kebinasaannya,”
  
b.       Nafsu yang menitikberatkan kualitasnya.
   Bentuk nafsu kedua dalam makan dan minum adalah nafsu yang mengutamakan makanan dan minuman yang berkualitas, lezat dan nikmat. Dalam mengonsumsi makanan dan minuman yang berkualitas ini, ada tiga pendapat.
Tiga sikap dalam makan dan minum
a.       Mengekang nafsu
Kelompok pertama berpendapat bahwa cara yang baik, bijak, dan tepat dalam menghadapi dorongan nafsu yang ingin menikmati makanan dan minuman yang lezat adalah dengan mengekang, mengendalikan, dan memalingkannya gar nafsu itu terkekang, patuh, dan tunduk.
   Menurut pendapat ini, mengikuti nafsu dan membiarkannya memenuhi keinginnnya adalah suatu malapetaka dan musibah yang besar karena keinginan nafsu manusia itu banyak dan tidak pernah berakhir. Apabila semua kinginan yang ada pada hari ini dapat dipenuhi, esok hari akan timbul lagi keinginan –keinginan lain uang baru. Dengan mengikutinya seseorang akan menjadi budak dan tawanan hawa nafsunya yang tidak pernah berakhir. Orang yang menjadi budak nafsunya sendiri adalah orang hina tercela.
   Abu Al-Fath bersyair, Wahai orang yang menjadi budak tubuh kasarnya sendiri, alangkah malangnya nasib anda karena anda mencari laba dari sesuatu yang pasti merugikan. Rawatlah jiwa anda dan hiasilah ia dengan sifat-sifat terpuji karena nilai kemanusiaan anda terletak pada jiwa anda dan bukan pada tubuh kasar anda.
   Abu Hazm adalah seorang yang mampu mengekang dan layak diteladani. Pada suatu hari ia melihat buah-buahan yang merasang dan menggoda nafsunya, ia berkata kepada buah-buahan itu, ”kelak di Syurga aku akan menikmatimu.”
b.      Melepaskan nafsu
Kelompok kedua berpendapat bahwa cara yang baik, bijak dan tepat dalam menghadapi dorongan nafsu yang ingin menikmati makanan dan minuman yang lezat adalah orang yang melepaskannya dan membiarkannya menikmati yang diinginkannya selama hukumnya adalah mubah.
               Menurut pendapat ini, cara ini akan membuat jiwa senang, tenang, dinamis, kreatif, dan tidak terkekang, dan terpaksa. Dan jiwa seperti ini akan semangat dalam bekerja dan berusaha.
c.       Bersikap moderat[7]
Kelompok ini  berpendapat bahwa cara yang baik, bijak dan tepat dalam menghadapi dorongan nagsu untuk menikmati makanan dan minuman yang lezat adalah dengan menemuh jalan tengah dari kedua pendapat ekstrem sebelumnya.
   Menurut pendapat ini, melepasbebaskan nafsu dengan memenuhi segala kebutuhannya akan mematikan kedinamisan dan kreativitas jiwa. Hal ini bebahaya sebaliknya mengekang nafsu dari sebagian keinginannya akan membuatnya tidak berkuasa penuh, dan melepasbebaskan sebagian keinginannya akan menghidupkan dan membangkitkan kedinamisan dan kreativitasnya.
   Menurut pendapat saya, pendapat terakhir ini adalah yang paling baik, bijak, dan tepat, karena sikap moderat dalam segala masalah adalah terpuji.

F.     BERBURUK SANGKA PADA DIRI SENDIRI
          Hendaklah seseorang tidak berbaik sangka kepada dirinya sendiri agar semua sifat tercela dan hina yang ada pada dirinya tampak dengan jelas kepadanya. Hal ini karena jiwa itu selalu menyuruh dan mendorong untuk berbuat jahat, dan menghindari kebenaran. Allah SWT berfirman  dalam Surah Yusuf yang artinya :
Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan”.
          Rasulullah Saw bersabda, ”Musuhmu yang paling berbahaya adalah nafsumu yang ada di dalam dirimu, kemudian istrimu, kemudian istrimu, kemudian anak-anakmu.
1.      Berburuk Sangka pada diri sendiri tidak efektif
    Kelompok pertama tidak setuju bila sikap buruk sangka kepada diri sendiri dijadikan sebagai alat korektif dan konstruktif dalam mendidik jiwa dan mental. Menurut mereka sikap itu adalah suatu bentuk kekurang percayaan pada ketaatan dan loyalitas jiwa kepada dirinya. Karena jiwa itu sekalipun sering berbuat makar dalam kasus-kasus tertentu, tetapi dalam kasus-kasus lain ia masih loyal, patuh dan setia. Berbaik sangka kepada diri sendiri membuat seseorang menutup matanya dari sifat-sifat terpujinya. Orang yang tidak mengetahui sifat-sifat terpujinya seperti orang yang tidak mengetahui sifat-sifat tercelanya. Oleh karena itu, ia tidak mampu mengikis satu sifat tercela dari dirinya dan tidak mampu pula mengenali satu sifat terpuji dirinya.
2.      Berburuk sangka pada diri sendiri sangat efektif.
    Kelompok kedua sangat setuju bila sikap berburuk sangka kepada dri sendiri dijadikan sebagai alat korektif dan konstruktif dalam mendidik jiwa. Menurut mereka, cara ini sangat efektif, karena jiwa senantiasa berlaku curang dan menipu, ia baru berhenti dari kecurangannya bila dihardik. Bentuk tipuannya tidak terungkap kecuali dengan berburuk sangka kepadanya, ia akan semakin curang dan semakin banyak menipu. Akhirnya, ia merasa puas dan dan rela dengan sikap-sikap dan sifat-sifat yang tidak terpuji dari jiwanya. Jiwa itu dicintai dan dimanja oleh pemiliknya posisi yang menyenangkan itu dimanfaatkan oleh jiwa untuk berlaku curang dan menipu.

G.    TIDAK SOMBONG DAN ANGKUH
          Sombong dan angkuh adalah sifat yang sangat berbahaya karena mampu mengikis habis segala kemuliaan diri dan menjatuhkan diri ke semua jurang kehinaan. Orang sombong dan angkuh tidak mau mendengar nasehat dan menerima teguran. Kesombongan biasanya disebabkan adanya anggapan bahwa orang yang bersangkutan memiliki nilai yang lebih daripada orang lain.
          Ia malu untuk belajar. Adapun orang yang angkuh dan ujub merasa nilai lebihnya lebih besar daripada orang lain. Selanjutnya kita akan membahas secara rinci kesombongan itu dengan memulainya dari bahayanya.
·         Bahaya Kesombongan
    Sifat sombong mengandung kebencian, menyakiti hati, dan membuat orang lain menghindar dan tidak ramah kepadanya, kalau begitu, alangkah hina dan tercelanya sombong itu.
    Rasulullah Saw Bersabda  kepada pamannya Al-Abbas, ”Saya melarang Anda menyekutukan Allah dan bersikap sombong. Karena Allah berlindung darinya.”
    Azdasyir berkata: ”Kesombongan itu timbul dari kebodohan yang berlebih. Orang itu tidak mengetahui dimana harus ditempatkan sisa kebodohannya itu. Lalu ditempatkan di Sifat sombongnya.”Ungkapan ini sangat benar dan tepat/

·         Air Hina, Pembawa Kotoran, dan Bangkai
    Mutharrif ibn Abdullah ibn Asy-Syikhir bertemu dengan Al-Muhallab ibn Abu Shufrah. Ketika itu Muhallaf memakai pakaian yang baru dan bagus serta berjalan dengan sombong. Mutharrif menegurnya, ’Wahai Abu Abdullah, mengapa Anda berjalan dengan gaya yang dimurkai oleh Allah Swt, dan Rasulullah Saw? Al-Muhallab balik bertanya, ”Apakah Anda tidak mengenal saya ? Mutharrif menjawab, ”Ya, saya mengenal Anda awal kejadian Anda adalah setetes air mani yang hina dan akhir kehidupan Anda adalah setumpuk bangkai yang busuk. Sebelum Anda menjadi setumpuk bangkai yang busuk, tubuh anda berisi air seni dan kotoran.
    Ibnu ’Auf menggubahh teguran Mutharrif ini dalam bair-bait syairnya sebagai berikut :
” Saya heran melihat orang yang sombong karena ketampanannya, sedang awal kejadiannya adalah air mani yang menjijikkan kemudian besok atau lusa, ia akan menjadi bangkai yang busuk di liang lahat. Ketika hidup dengan kesombongan itu, tubuhnya membawa kotoran.

·         Sombong Agar dimuliakan
    Terkadang kesombongan itu timbul dari kebodohan yang memalukan dan merendahkan harga diri, seperti cerita berikut ini. Nafi ibn Jubair ibn Muth’im, datang menghadiri majelis taklim yang dipimpin oleh Al-’Ala ibn Abdurrahman Al-Khirqi. Setelah pengajian selesai Nafi’ bertanya kepada jemaah majelis taklim ” Apakah kalian mengetahui aku duduk disini bersama kalian ?”Mereka menjawab, ”Anda hadir untuk mendengar pengajian.”Ia berkata ”Tidak, bukan untuk itu, tetapi saya ingin merendahkan diriku kepada Allah dengan duduk bersama kalian.”
    Apakah kebaikan masih diharapkan oleh orang seperti Nafi’ ini? Apakah teguran masih berguna baginya? Ibnu Al-Mu’taz berkata, ”Setelah orang bodoh dan hina menyadari rendahnya posisi mereka dibandingkan dengan orang berilmu dan terhormat, mereka bersikap sombong agar kesombongan mereka itu memuliakan dan mengangkat derajat mereka, tetapi usaha mereka sia-sia.
·         Kesombongan Menghapus kebaikan
    Kesombongan menutupi kebaikan-kebaikan, menampakkan keburukan-keburukan, mengundang caci-maki dan memalingkan diri dari nilai-nilai utama.
    Rasulullah Saw bersabda :”Sesungguhnya kesombongan itu menghapus pahala-pahala kebaikan, seperti api membakar kayu api.”
    Ali Bin Abi Thalib berkata : kesombongan adalah lawan dari kebenaran dan musibah akal.

·         Empat orang sombong yang halal darahnya
1.      Maqatil Ibn Misma’. Ia pernah menjadi sebagai Gubernur, di Sajistan ketika menjabat sebagai gubernur, ia sangat pemurah, ia pemberi hadiah kepada setiap orang yang mendatanginya. Setelah ia dipecat dari jabatannya, ia masuk ke masjid Basrah. Masyarakat bergembira menyambut kedatangannya, mereka membuka kain selendang mereka dan membentangkannya di lantai masjid, ia berjalan diatas kain-kain selendang, lalu berkata kepada orang yang ada disebelahnya, ”untuk kemenangan yang serupa ini hendaklah berusaha orang-orang yang bekerja, (Ungkapannya ini seperti bunyi surat Ash-Shaffat [37] ayat 61 dengan konteks yang berbeda pengertian. ”Kemenangan serupa ini dalam ayat itu adalah surga dan kenikmatannya, pen).
2.      Abdullah Ibn Ziyad, pada suatu hari ia berpidato didepan penduduk kota Bashrah. Isi pidatonya adalah peringatan tentang suatu masalah. Pidatonya ringkas dan jelas. Sebagian masyarakat senang mendengarnya dan ada salah satu yang berkomentar dari sudut masjid,”Semoga Allah memperbanyak orang seperti Anda dalam masyarakat kami,” ia menjawab komentar itu dengan berkata. ”Kamu meminta hal yang mustahil kepada Allah.”
3.      Ma’Bad ibn Zurarah. Pada suatu hari ia sedang duduk-duduk di pinggir jalan. Seorang wanita melintas di depannya dan bertanya. ”Wahai hamba Allah, ke manakah jalan yang menuju arah fulan,? Ia menjawab,”Wahai wanita, apakah orang seperti aku ini dipanggil dengan hamba Allah ?
4.      Abu Sammal al-Asadi. Pada suatu hari untanya hilang. Masyarakat ikut mencarinya, tetapi mereka gagal menemukannya, ia berkata, ”Demi Allah bila tidak menemukan unta itu, saya tidak akan sholat selama-lamanya.”Lalu masyarakat mencarinya dan kali ini mereka berhasil menemukannya, mereka berkata kepadanya,” Allah telah mengembalikan unta mereka, sholatlah ”ia menjawab, saya tidak mau mencabut dan mengembalikan sumpah saya.

·         Lupa Hakekat diri
    Lihatlah betapa sombongnya empat orang itu, kesombongan mereka itu menghinakan diri mereka sendiri. Kesombongan mereka menjadi cerita, pelajaran dan sejarah bagi generasi berikutnya.

·         Semakin Mulia Semakin Rendah Hati
    Yang paling layak dan wajar untuk rendah hati dan tidak sombong adalah orang yang mulia dan terhormat, karena cita-citanya yang mulia telah menghantarkannya menjadi orang yang mulia.

·         Dua sebab utama Kesombongan
a. Kekuasaan dan Jabatan
   Kekuasaan yang besar dan tinggi adalah sebab utama dari kesombongan

b.Pujian dan sanjungan
         Pujian dan sanjungan merupakan sebab utama kedua dari kesombongan, sebagian orang yang mencari perhatian dan simpati dan suka memuji dan memuja. Sanjungan dan pujian mereka sering timbul dari sifat-sifat kemunafikan dan usaha menjilat yang keji dan penuh kedustaan. Apakah orang yang dipuji dan disanjung itu tertipu dan senang dengan pujian itu, mereka berusaha meyakinkan kepada yang dipuji bahwa pujian itu benar. Dengan cara itu pula mereka memainkan orang yang dipuji.
·         Selektif Menerima Pujian
    Orang yang bijaksana selayaknyalah tidak tertipu dan terbuai dengan pujian dan sanjugan orang lain, tidak pula menerima dan membenarkannya, dan tetap mengontrol kondisi jiwanya karena jiwa itu sangat senang dipuji.

·         Tiga Sebab Memuji diri sendiri
a. Berburuk sangka kepada masyarakat
b.Untuk menipu masyarakat
c. Menghibur diri
·         Bercermin dengan teman yang jujur
    Hendaklah anda bersikap bijaksana dengan bercermin dan meminta pendapat dan pertimbangan kepada sahabat-sahabat karib yang baik, jujur, dan tulus. Mereka dengan jujur akan mengakui sifat-sifat terpuji Anda, dan dengan jujur, tulus, dan niat baik pula, mereka akan menegur dan mengingatkan Anda akan sifat-sifat tercela yang ada pada diri Anda, yang tidak anda sadari dan tidak anda kenali karena penilaian Subjektif anda terhadap diri Anda. Penilaian mereka lebih objektif dan lebih mendalam. Teguran dan peringatan sopan mereka jauh lebih berharga daripada pujian dan sanjungan orang lain kepada Anda.

·         Keutamaan Rendah Hati
    Orang yang mampu mengikis habis sebab dan sumber kesombongan dari jiwanya akan menjadi orang yang rendah hati. Sifat rendah hati merupakan salah satu dari kemuliaan yang paling tinggi, nikmat yang paling besar, penyebab orang lain mencintai-Nya, dan pelindung utama dari kecintaan orang lain.

·         Tahta Pengungkap Hakekat Kepribadian.
    Tahta dan jawaban yang tinggi mampu menjadi pengungkap dan pembuka takdir hakikat kepribadian seseorang. Orang yang berwatak jahat akan tampak watak aslinya ketika ia memiliki kekuasaan yang besar atau jabatan yang tinggi.

H.    BERAKHLAK MULIA
v  Akhlak Mulia Penyempurna Agama
          Rasulullah Saw Bersabda : ” Sesungguhnya Allah Taala telah memilih Islam sebagai agamamu, maka muiakanllah agamamu itu dengan akhlak mulia dan kedermawanan, karena agamamu itu tidak sempurna kecuali dengan keduanya.”
          Al-Ahnaf ibn Qais berkata , kepada teman-temannya, maukah kamu saya beri tahu tentang penyakit yang paling berbahaya?”Mereka menjawab , Ya’ ia berkata :”moral yang bejat dan lidah yang mengeluarkan kata-kata yang jahat dan keji.

v  Akhlak Mulia Mempermudah Urusan
          Seseorang yang berakhlak mulia akan memiliki banyak teman dan sedikit musuh. Bagi orang ini segala urusan yang sulit akan menjadi mudah dan musuhnyapun akan takut mengganggunya.

v  Lembut Tetap Tegas
          Akhlak mulia yang utama adalah sopan, ramah, berwajah ceria, serta lembut, dan baik dalam bertutur kata. Rasulullah Saw bersabda :  ”Penduduk surga adalah semua orang yang lembut, ramah, sopan, dan berwajah ceria.”

v  Antara Mencari Simpati dan Kemunafikan
          Setiap akhlak mulia itu memiliki batas-batas dan tempatnya apabila batasnya dilanggar, ia berubah menjadi urusan mencari simpati orang lain dengan cara menjilat kepadanya sebaliknya, bila akhlak mulia itu ditempatkan tidak pada tempatnya, ia berubah menjadi suatu bentuk kemunafikan.

v  Tujuh Katalisator Perilaku Manusia
          Katalisator itu mampu merubah perilaku manusia yang baik, sopan, menjadi manusia yang bejat, kejam, dan bengis.
     Tujuh Katalisator itu adalah sebagai berikut :
1.      Kekuasaan
2.      Pemecatan
3.      Kekayaan
4.      Kemiskinan
5.      Kesedihan
6.      Penyakit
7.      Usia Lanjut


I.       SABAR DAN MARAH
o   Sabar adalah Salah Satu Akhlak Mulia
          Muharram ibn Harits al-Hilali meriwayatkan bahwa malaikat Jibril turun menemui Rasulullah Saw, dan berkata, ”Wahai Muhammad saya datang menemuuimu  untuk menyampaikan kepadamu wahyu yang berisi akhlak-akhlak mulia dan utama di dunia dan akhirat.

o   Sepuluh Sebab Tenang dan Sabar
          Sabar adalah kemampuan mental dalam mengontrol dan mengendalikan emosi ketika marah.
          Ada sepuluh sebab yang membuat seseorang mampu tenang, sabar, dan mampu mengendalikan emosi ketika marah :
1.      Karena sayang kepada orang yang tidak bermoral
2.      Karena Syukur mampu bersabar
3.      Karena menjaga lidah dari kata-kata keji dan kasar
4.      Karena menganggap sepele orang yang bersalah
5.      Karena malu mendengar makiannya
6.      Karena berbuat baik kepada pemaki
7.      Untuk mencegah orang dari memaki
8.      Karena takut menanggung resiko
9.      Karena menghargai jasa baik
10.  karena mengatur Strategi

o   Marah Barometer Pemaafan
          Apabila seseorang sabar dan memaafkan kesalahan orang lain, tanpa ada salah satu sebab dari sepuluh sebab diatas, orang tersebut adalah hinda dan tidak mempunyai emosi marah. Kita telah menerangkan bahwa definisi sabar adalah kemampuan mental dalam mengontrol dan mengendalikan emosi ketika marah, jadi apabila emosi marah itu sendiri tidak ada, hal itu adalah bukti  kehinaan mental.

o   Perbedaan Antara Marah dan Sedih
          Sebab marah adalah penolakan jiwa terhadap perilaku yang tidak disenangi yang dilakukan oleh orang yang status sosialnya dibawah  dirinya. Adapun sebab sedih adalah penolakan jiwa terhadap bentuk perilaku yang tidak disenangi yang dilakukan oleh orang yang status sosialnya berada di atas dirinya.

o   Lima Cara Meredam gejolak Emosi marah
1.      Berzikir
         Zikir kepada Allah dapat menimbulkan rasa takut kepada-Nya mendorong seseorang menaati perintah-Nya dan meredam emosi marahnya.
2.      Mengubah Posisi
         Merubah posisi dapat meredam dan menyenangkan emosi marah posisi berdiri menjadi posisi duduk, dan posisi berbaring, cara inilah yang di praktekkan oleh Al-Ma’mun bila ia marah atau memaki.

3.      Mengubah Penyesalan yang akan timbul dari marah
         Salah satu cara efektif untuk meredakan emosi marah ialah menyadari dan mengingat penyesalan yang akan timbul dari marah.
4.      Mengingat besarnya pahala pemaafan
         Salah satu cara yang efektif untuk meredam emosi marah ialah mengingat dan menyadari akan besarnya pahala yang diperoleh oleh orang yang memberi maaf dan bersikap sabar di kala disakiti. Dengan cara ini marahnya mereda karena mengharap pahala dan menghindari kehinaan hukuman.
5.      Menyadari bahwa manusia membenci pemarah
         Salah satu cara yang efektif untuk meredam emosi marah ialah menyadari bahwa manusia membenci orang yang suka marah dan selalu berusaha untuk menghindar darinya. Sebaliknya masyarakat merasa senang dan hormat kepada orang yang penyabar dan pemaaf, oleh karena itu dihargai dengan cara tidak membuat mereka membenci dan menjauhi Anda. Kesadaran ini memotivasi anda untuk tidak marah, tetapi berperilaku ramah dan sopan kepada mereka       

J.      BUDAYA MALU
v  Malu Salah Satu Cabang Ilmu
          Ketahuilah bahwa baik dan buruk merupakan dua pengetahuan abstrak yang dikenali dari gejala-gejala luarnya. Pepatah Arab  mengatakan, raut muka seseorang mengungkapkan  watak kepribadiannya yang hakiki.

v  Malu Sumber Kebaikan
          Orang yang tidak tau malu tidak mempunyai pengekang diri dari keburukannya dan pengontrol dari larangan. Dia akan melakukan segala yang disukai dan disenanginya

v  Tanpa Malu Sumber Keburukan atau Malu Sebagai Hakim.
          Para ulama berbeda pendapat dalam memahami pengertian hadits diatas. Abu Bakar ibn Muhammad Asyi Syasyi[8] dalam karyanya Ushul Fiqih menulis sebagai berikut, ”Pengertian hadits ini ialah orang yang tidak merasa malu akan berbuat apa yang disenanginya tanpa ada yang mampu menegurnya.
v  Tiga Bentuk Malu
                Malu pada diri manusia meliputi tiga bentuk, yaitu :
2.      Malu Kepada Allah
3.      Malu kepada Manusia
4.      Malu Kepada Diri sendiri


K.    BERBICARA DAN DIAM
o   Berbicara yang baik atau diam
          Bahasa Lisan adalah juru bicara hati dan perasaan. Kata-kata yang terlanjur terucapkan ketika marah atau bahasa yang menyimpang dari kaidah bahasa tidak dapat ditarik kembali. Oleh karena itu, senantiasa waspada agar tidak salah bicara. Caranya adalah dengan tidak berbicara atau sedikit berbicara.
o   Empat Syarat Berbicara
                Syarat –syarat itu adalah sebagai berikut :
1.      Ada Perlunya
2.      Pada waktu dan tempatnya
3.      Secukupnya
4.      Baik Bahasanya
o   Beberapa Pengertian Diksi
          Menurut kami diksi atau al-balaghah seperti yang disebutkan diatas, mencakup kelugasan kata dan kefasihan lafalnya, akan tetapi banyak pakar bahasa, budayawan, dan sastrawan yang hanya menitikberatkan pengertian diksi pada kelugasan makna.
          Berikut ini kita paparkan bagian pendapat mereka. Seorang pakar Yunani berkata, ”Diksi adlaah memilih kata yang tepat dan memberi batasannya dengan akurat. ”Seorang budayawan Romawi berkata, ”Diksi adalah memilih kata yang singkat dan padat untuk mengungkapkan gagasan yang sederhana, dan memilih kekayaan kosa kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan yang sederhana, dan memilih kekayaan kekayaan kosa yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan yang pelik.” seorang budayawan India berkata, ”Diksi adalah kemampuan memilah bagian-bagian ungkapan yang bersambung dan menyatu. ”Seorang sastrawan Arab berkata, ”Diksi adalah kemampuan memilah kata yang singkat Indah, dan sedikit makna kiasannya.
o   Tiga Unsur Kefasihan Kata
                Tiga unsur kefasihan, yaitu sebagai berikut:
1.      Menghindari kata-kata asing dan janggal.
2.      Menghindari kata-kata keji
3.      Keselarasan makna dan lafal
o   Tujuh Etika Berbicara
1.      Moderat dalam memuji dan menghina
2.      Berjanji dan mengancam sekedarnya
3.      Menyesuaikan sikap dengan ucapan
4.      Menyesuaikan bahasa dengan tujuan
5.      Berbicara dengan santai dan tenang
6.      Menghindari kata-kata yang keji
7.      Menghindari perumpamaan masyarakat awam


o   Emosi dan Kondisi Sosial
          Ada dua pertimbangan akal yang melandasi penghindaran pemakaian perumpamaan yang bernilai rendah yang berkembang di masyarakat awam.
1.      Perumpamaan adalah ungkapan imotif dari cita-cita harapan, dan bisikan hati penuturnya. Dengan demikian, orang yang rendah cita-citanya, rendah pula nilai perumpamaannya.
2.      Perumpamaan adalah gambaran dan cermin kondisi sosial penuturnya.
Dua sebab inilah yang membuat perumpamaan ilmuwan dan masyarakat awam itu tampak berbeda.

o   Empat Syarat Perumpaan yang Efektif.
1.      Perbandingan tepat.
2.      Perumpamaan itu sudah berkembang dan beredar di masyarakat luas dan mereka menyepakati isinya.
3.      Perumpamaan itu mudah dipahami maknanya, tanpa membutuhkan penalaran yang mendalam dan serius.
4.      Perumpamaan itu sesuai dengan kondisi pendengar, agar lebih efektif dan menyentuh.

L.     JUJUR DAN DUSTA
o   Jujur Pembawa Ketenagan dan Dusta Pembawa Kegundahan
          Seorang Budayawan berkata tiada senjata yang seampuh kebenaran dan tiada penolong sekuat kejujuran

o   Dusta Pangkal segala sifat tercela
          Dusta adalah sumber dan pangkal semua sifat tercela karena melahirkan fitnah.
o   Definisi Jujur dan Dusta
          Jujur adalah mengungkapkan dan menyampaikan suatu pesan sesuai dengan faktanya, sedangkan dusta adalah mengungkapkan dan menyampaikan suatu pesan tidak sesuai dengan faktanya.

o   Dua Faktor yang kontradiktif
o   Faktor-faktor kejujuran
                Faktor-faktor jujur itu ada 4, yaitu :
1.      Pertimbangan Akal Sehat
2.      Ketaatan Beragama
3.      Menjaga Nama Baik
4.      Ingin terkenal sebagai orang yang jujur


o   Faktor-faktor berdusta
                Faktor-faktor berdusta ada empat, yaitu :
1.      Mencari manfaat dan menghindari bahaya
2.      Memperindah dan membumbui bicara
3.      Menghujat dan menjatuhkan musuh
4.      Mengikuti dan Menjiwai Tradisi
o   Empat Indikator Pendusta
1.      Tidak cermat memilah berita
2.      Labil dan Ragu
3.      Gagap dan bingung
4.      Mata dan Luka
o   Kesialan Pendusta
          Salah satu kesialan seorang pendusta adalah karena keseringan ia berdusta sehingga jika orang lain yang berdusta, maka ia yang tertuduh, kemudian ia tetap di tuduh berdusta meskipun ia berkata jujur dan benar. Tiada ucapannya yang dinilai jujur dan tiada dusta yang tidak dialamatkan kepadanya.

o   Bentuk Dusta yang dibenarkan
          Dusta yang dibenarkan adalah dusta dalam bentuk penyamaran, dan pengeliruan, atau dusta yang samar dan membuat orang lain keliru, dan juga dusta di waktu perang di kala seseorang berusaha mendamaikan orang – orang yang bermusuhan.
o   Dua Contoh Dusta dalam bentuk Penyamaran
          Pada suatu hari Rasulullah menyelimuti tubuhnya dengan mantel. Beliau terpisah dari para sahabatnya dan bertemu dengan seorang pria, pria itu bertanya kepada beliau , ” Dari suku mana Anda Beliau menjawab, ”Dari air” dalam menjawab pertanyaan itu, beliau memberi jawaban yang samar. Pria itu menduga bahwa Rasulullah menerangkan suku bangsanya  yang disandarkan pada kata al’ma (air).
o   Penyamaran Merupakan sebuah alternatif
o   Tiga kejujuran yang senilai dengan dusta
1        Menggunjing
   Menyebarluaskan aib orang lain, karena dia dengki dan ingin menjatuhkan orang lain.
2        Mengadu Domba
   Bentuk kejujuran kedua yang buruk daripada dusta adalah mengadu domba. Mengadu domba lebih keji dan hina daripada menggunjing, karena disamping mengandung unsur-unsur keburukan  menggunjing, mengadu domba juga menyebabkan timbulnya perselisihan antara orang-orang yang bersahabat dan perseteruan antara orang-orang yang bersaudara.
3        Mencela, dan mencela orang lain untuk menjatuhkannya

M.   DENGKI DAN BERSAING
o   Dengki Perusak Agama
          Ketahuilah bahwa dengki adalah sifat tercela, merusak kesehatan  fisik dan agama. Oleh karena itu Allah ta’ala menyuruh kita memohon perlindugan kepadanya.
o   Orang Zalim yang menzalimin dirinya sendiri
               
o   Antara Dengki dan Persaingan
          Pengertian dengki adalah keputus asaan dan kesedihan yang sangat besar terhadap kebaikan –kebaikan yang diperoleh oleh orang-orang mulia.

o   Tiga Sebab Dengki
1.      Marah kepada orang yang mempunyai kelebihan
2.      Tidak senang diungguli oleh orang lain
3.      Memprotes Kebijaksanaan Tuhan

o   Dengki Barometer Nikmat
          Kedengkian masyarakat kepada seseorang dapat dijadikan sebagai barometer kualitas kepribadian orang yang bersangkutan dan kuantitas nikmat yang diperolehnya.
          Rasulullah SAW bersabda : ”Jadikanlah usaha merahasiakan kebutuhan itu sebagai penolong dalam melaksanakan dan memenuhi nya, karena semua pemilik nikmat menjadi objek kedengkiannya.
          Sering kali kedengkian menjadi bukti keutamaan orang yang didengki dan bukti kekurangan pendengki, seperti ungkapan Abi  Tamam Ath-Thai dalam syairnya, Apabila Allah ingin meyebarluaskan keutamaan seseorang yang terpendam, ia menjadikannya sebagai objek kedengkian, niscaya manusia tidak menegenal kualitas dan manfaat kayu gaharu. Kalau bukan karena dampak buruk kedengkian, pedengki berjasa besar kepada orang yang didengkinya.          
o   Lima Penghapus Kedengkian
1.      Mengamalkan agama
2.      Merenungkan akibat buruknya
3.      Mengindari bahayanya.
4.      Menyadari Tingginya Nilai Keharmonisan
5.      Meyakini Dasar Penilaian
o   Pengorbanan Dasar Penilaian
o   Bahaya dengki
1.      Merusak Kesehatan Fisik
2.      Menjatuhkan kedudukan sosial
3.      Dibenci oleh masyarakat
4.      Dibenci oleh Allah
o   Pendengki Singa Yang buas

N.    MUSYAWARAH
                Salah satu ciri kematangan berfikir seseorang adalah ia tidak memutuskan suatu perkara dan melaksanakan suatu masalah sebelum bermusyawarah dengan orang yang berfikir jernih, luas, dan berpengalaman.
o   Lima Syarat Konsultan
                Lima syarat tersebut antara lain :
1.      Berfikiran luas dan berpengalaman.
2.      Taat beragama
3.      Jujur dan Sayang
4.      Berfikir Jernih dan Tenang
5.      Bersih dari Ambisi Pribadi
o   Musyawarah Pangkal Keselamatan
o   Tetap Percaya Diri
o   Dipuji dan dimaafkan
o   Musyawarah dengan sejumlah Konsultan
          Apabila mitra musyawarah dan penasehat anda itu jumlahnya berbilang dan banyak, para ahli hikmah berbeda pendapt tentang metode musyawarah kolektif dan terbuka sedangkan yang lain berpendapat metodenya ialah musyawarah kolektif dan terbuka sedangkan yang lain berpendapat metodenya ialah musyawarah terpisah dan tertutup.    
o   Pendapat Pribadi Penulis
          Menurut pendapat pribadi saya, yang menjadi dasar pertimbangan dalam menentukan metode musyawarah adalah objeknya. Artinya metode musyawarah disesuaikan dengan objeknya.
          Objek musyawarah ada dua, yaitu mudah dan rumit, musyawarah yang mudah ialah hanya hanya menentukan benar atau salahnya suatu masalah. Untuk objek yang mudah dan ringan, metode yang terbaik adalah musyawarah kolektif dan terbuka. Pada musyawarah  dengan metode ini, aspek kebenaran dan kesahannya dapat terungkap dengan jelas. Penggunaan metode ini lebih efektif daripada metode terpisah dan tertutup
o   Empat Kewajiban Konseli
                Empat Kewajiban konseli tersebuat adalah :
1.      Mempertimbangkan semua pendapat
2.      Tidak menyalahkan penasehat
3.      Objek Menilai pendapat
4.      Cepat bertindak
o   Dua Kewajiban Konsultan
1.      Menasehati dengan jujur dan ikhlas
2.      Menunggu waktu yang tepat


O.    SADAR DAN GELISAH
o   Menunggu Waktu Sholat adalah Ribath
o   Sabar pelindung dan penolong
o   Sabar adalah kekuatan Psikis
o   Empat bentuk sabar
1.      Sabar melaksanakan kewajiban
2.      Sabar menghadapi  kondisi yang ada
3.      Sabar menerima musibah
4.      Sabar menerima Musibah
o   Nabi Sulaiman As dan Para Jin
o   Nasihat Utsman bin Affan
o   Sembilan Penghibur Lara
1.      Musibah hanya sekejap
2.      Musibah akan berlalu
3.      Musibah berskala kecil
4.      Meneladani orang yang teladan
5.      Nikmat bersifat sementara
6.      Musibah sebab kebahagiaan orang lain
7.      Musibah bukti keutamaan
8.      Musibah guru kedewasaan
9.      Musibah Pelatih kebijaksanaan
o   Lima Penyulut Lara
1.      Mengingat-ingat Musibah
2.      Sangat menyesali musibah
3.      Banyak mengeluh
4.      Putus asa mengatasi kegagalan
5.      Membandingkan diri dengan orang lain
o   Sehabis Gelap Terbitlah Terang
P.     MENYIMPAN RAHASIA
o   Menyimpan Rahasia Pangkal Keberhasilan
          Kemampuan menyimpan rahasia adalah faktor utama suatu keberhasilan dan kebaikan.
o   Tiga Sebab pembocoran rahasia
1        Tidak sabar
2        Tidak bijak
3        Tidak waspada

o   Menyimpan Rahasia adalah Sulit
o   Beberapa ciri penyimpanan rahasia sejati
          Ada lima ciri-ciri orang yang mampu menyimpan rahasia dengan baik, yaitu bijak dan cerdik, taat beragama, tulus hatinya, penyayang dan pendiam. Lima sifat ini mampu mencegah seseorang dari pembocoran rahasia. Orang yang mempunyai kelima sifat ini adalah manusia istimewa yang langka. Dalam sebuah buku hikmah ditulis ”Hati orang yang bijak adalah benteng segala rahasia”. Disamping itu janganlah anda menitipkan rahasia Anda kepada orang yang memintanya, karena peminta titipan biasanya berkhianat dalam sebuah buku hikmah ditulis, ”Janganlah anda menitipkan rahasia anda kepada yang memintanya.”
o   Bahaya Berbilangnya Penyimpan Rahasia
1.Yang memiliki kelima sifat  dan ciri penyimpan rahasia sejati adalah jarang dan langka. Seandainya ada sejumlah orang yang memilikinya, tentu ada sebagian yang tidak memilikinya secara utuh dan semperna.
2.Apabila Rahasia telah tersebar, anda akan sulit melacak sumber penyebarluasannya.

o   Kewajiban Penerima Titipan Rahasia
          Sebaiknya anda tidak menitipkan dan membuka rahasia pribadi anda kepada siapa pun. Akan tetapi, jika kondisi memaksa Anda untuk itu, semoga Anda menemukan orang yang memenuhi lima sifat dan ciri penyimpanan rahasia sejati. Selanjutnya penerima titipan rahasia mempunyai dua kewajiban moral kepada Anda :
1.      Memelihara amanah yang diterimanya dengan berusaha melupakannya, hingga rahasia itu tidak lagi diingat dan dikenangnya.
2.      Memelihara amanah yang diterimanya dengan menabukannya (Membukanya dianggap sebagai pantangan), dan tidak menjadikan sebagai alat kemanjaan dan intimidasi halus.
Q.    SENDA GURAU DAN TAWA
o   Dua Bahaya Senda Gurau
          Senda gurau atau canda dan kelakar dapat menyinggung dan melukai perasaan orang dan mengundang permusuhan. Disampig itu, orang yang berguran dan yang diperguraukan mendapat dua akibat buruk bagi dirinya.
1.Orang yang banyak bergurau menjadi tidak berwibawa, kehilangan harga diri, dan membuat orang bodoh berani berkelakar dan mengolok-olok dirinya.
2.Orang yang diperguraukan merasa harga dirinya direndahkan dan perasaannya dilukai. Gurauan itu menjadi masalah dilematik baginya. Apabila diam, hatinya sedih karena merasa direndahkan,  dan apabila membalasnya dengan gurauan yang serupa, harga dirinya jatuh. Oleh sebab itu, maka hindarilah sifat ini.
o   Gurau Adalah Istidraj Syetan
          Rasulullah Saw Bersabda, ”Gurau itu adalah Istidraj Syetan. (Istidraj adalah menarik sesuatu dengan berangsur-angsur ke arah kebinasaan), dan ditipu daya oleh nafsu.
o   Dua Tujuan Gurau Yang Sehat
          Seorang Humoris dengan mudah merekayasa cara dan cerita yang hurmoritis, akan tetapi hendaklah ia tetap berjalan pada koridor etik yang baik. Gurau dan humor hanya etis untuk dua tujuan.
1.Menghidupkan suasana keakraban
2.Menghibur hati
o   Dua contoh senda gurau Nabi
1.      Seorang nenek dari golongan Al-Anshar  datang menghadap beliau, ia berkata, ”wahai Rasulullah doakan agar Allah mengampuni dosaku, Beliau menjawab, ” Apakah nenek tidak tahu bahwa orang –orang yang berusia lanjut tidak masuk surga?” Mendengar ucapan itu nenek tersebut langsung menangis. Rasulullah tersenyum dan bersabda, ”Apakah nenek tidak membaca ayat al-Quran yang menyebutkan yang artinya :’Sesungguhnya kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya.”
2.      Seorang menghadap beliau untuk keperluan suaminya ; beliau bertanya keparanya, ’Siapa suamimu?” Perempuan itu menjawab dengan menyebut nama suaminya. Dan beliau bertanya lagi, yang di matanya ada putihnya?” Ia menjawab ”tidak”. Beliau menegaskan kembali ”Ada” lalu perempuan itu bergegas pulang dan menemui suaminya dan suaminya bertanya, ada apa,. Ia menjawab, ’Rasulullah Saw menyatakan bahwa di kedua matamu ada putihnya. Suaminya berkata, tidakkah di kedua mataku lebih banyak yang putih daripada yang berwarna hitam.
o   Beberapa Senda Gurau Sehat lain
1.Seorang pria datang menghadap Ali ibn Abi Thalib ra. Dan berkata saya bermimpi bersetubuh dengan ibu saya, ia berkata kepada para sahabatnya, ”tangkap dia. Suruh dia berdiri dibawah panas dan jalankan eksekusi penzinaan dengan mencambuk bayangannya!”
2.Asy Sya’bi ditanya tentang hukum memakan daging syetan ia menjawab, ”tanpa memakannya, ia sudah rela dan puas.
3.Asy Sya’bi ditanya tentang nama istri iblis, ia ,menjawab, kita tidak menyaksikan pernikahan mereka.
4.Seorang tuan, bertanya kepada seorang pria yang meminta pekerjaan kepadanya, berapa gaji yang anda minta?, ia menjawab Uang senilai dengan harga makananku ” Tuan berkata, ”Kurangilah sedikit. ”Ia menjawab, ”Kalau begitu aku puasa setiap hari senin dan kamis.”.
5.Abi Shalih ibn Hisan, seorang ulama hadits pada suatu hari berkata pada murid-muridnya dengan bercanda. Orang yang paling menguasai ilmu fiqih adalah Wadhdah al-Yaman yang bersyair sebagai berikut ” Ketika aku bersyair kepada istriku, marilah mendekat kepadaku dan berilah aku! Ia pun bermuka masam dan menjawab aku tidak sudi berbuat yang haram. Ia tidak memberiku sebelum aku merengek-rengek di dekatnya dan mengatakan bahwa Allah menghalalkan hal-hal yang kecil.
o   Dua Contoh canda yang kurang sopan
1.      Bercanda yang keterlaluan, yang menyebabkan orang lain marah
2.      Mengejutkan orang lain.

o   Contoh canda yang sehat.
o   Tidak bercanda dengan musuh
o   Banyak tawa mematikan hati
o   Senyum Pengganti Tawa.

R.    MURUAH PRIBADI
1.      Menghindari Dosa
a.       Dosa Seksual
         Adapun dosa seksual timbul karena dua sebab :
-    Tidak menjaga pandangan mata
-    Tidak mengendalikan nafsu birahi
Ada tiga cara yang efektif untuk menghindari dosa seksual
1.Menjaga Pandagan mata
2.Meredam nafsu birahi dengan yang halal
3.Mengaktualkan takwa
b.      Dosa Lidah
1.Kehormatan penuturnya sendiri
2.Kehormatan penuturnya dan kehormatan orang lain
c.       Dosa Kezaliman
   Kezaliman adalah tindakan yang bengis lagi merusak, dan merupakan sikap melampaui batas lagi menghancurkan bentuk kezaliman yang berkelanjutan ada dua, yaitu kezaliman pasif dan kezaliman aktif.
a.       Dosa Pengkhianatan
  Pengkhianatan adalah suatu kehinaan karena menyebabkan pengkhianat tidak lagi mempunyai harga diri dan dengan hilangnya keprcayaan orang lain kepadanya, ia menjadi orang hina. Dalam buku hikmah ditulis, ”Pengkhianat adalah orang hina.
      2.   Menjaga Kebersihan Diri
          Menjaga kebersihan diri dapat dilakukan dengan cara pertama, membersihkan diri dari ambisi-ambisi hasrat yang bernilai rendah. Kedua, membersihkan diri dari hal-hal yang syubhat kedua cara ini kita bahas secara rinci berikut ini:
             a.  Menjauhi Ambisi-ambisi murahan
             b.  Menjauhi Hal-hal yang subhat
   Faktor yang mendorong seseorang melakukan hal yang syubhat adalah kelemahan jiwa  dalam  mengendalikan nafsu dan terlalu berbaik sangka bahwa yang dilakukan adalah halal, baik, benar, dan terpuji.
   Penghapus kedua faktor ini didalam jiwa ialah meningkatkan rasa malu dan kewaspadaan.
   Terkadang karena faktor sangat berbaik sangka kepada seseorang dan sudah lama mengenalnya sebagai orang baik, kita tidak berburuk sangka kepadanya sekalipun ia melakukan hal-hal  yang syubhat dan dicurigai, akantetapim hal ini tidak berarti kita bebas dan boleh melakukan hal-hal yang syubhat dan mengundang kecurigaan orang lain.        
3.      Menjaga Harga Diri
a.      Memenuhi Kebutuhan Hidup
         Cara pertama menjaga harga diri adalah dengan memenuhi kebutuhan hidup. Bila kebutuhan hidup tidak terpenuhi, seseorang terpaksa memintanya kepada orang lain. Padahal peminta dan pengemis adalah beban dan benalu masyarakat. Beban dan benalu adalah orang hina yang tidak mempunyai harga diri.
         Pepatah Arab mengatakan ” Anjing yang kuat berlari lebih baik daripada singa yang tidak bisa berlari.
1.      Kebutuhan Pokok
·   Dari Sumber yang halal
·   Dengan Usaha yang terbaik
·   Cermat Mengaturnya
             2.  Kebutuhan Pelengkap
DUA SIKAP TERHADAP JABATAN PEMIMPIN
1.      Tidak Ambisius menjadi pemuka
2.      Ambisius menjadi pemuka
b.      Tiada menerima Jasa Orang lain
·         Manusia makhluk Sosial
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak mungkin bisa hidup tanpa bantuan orang lain, tanpa kerjasama dan gotong-royong yang baik, tujuan bersama mereka tidak akan terealisasi. Kerjasama dan gotong-royong akan mewujudkan hubungan yang harmonis.
·         Menerima Jasa Karena Terpaksa
Orang yang meminta bantuan materi atau bantuan kewibawaan adalah orang yang menjatuhkan harga dirinya. Adapun orang yang terpaksa meminta bantuan kepada orang yang layak dimintai bantuan untuk melepaskannya dari musibah yang menimpanya, permintaannya itu wajar, dapat dimaklumi, dan tidak merusak harga diri.
·         Utang Bukan Hadiah
·         Empat Etiket Peminta Jasa
1.  Tidak mengemis
2.  Meminta Seperlunya
3.  Tanpa Berbesar hati
4.  Memintanya kepada yang layak
·         Tiga Ciri orang yang layak Diminta
a.       Pemurah
b.      Bersih hatinya
c.       Mampu Membantu

S.      PESIMISME DAN OPTIMISME
o   Bahaya Pesimistis
          Sikap pesimistis (bersikap atau berpandangan ragu akan kemampuan atau keberhasilan suatu usaha) sangat berbahaya bagi akal dan bagi tercapainya cita-cita. Sungguh bodoh orang yang berasumsi bahwa suara lembu atau burung gagak mampu mengubah perjalanan takdir.
          Rasulullah Saw. Bersabda, ”Tidak ada ’adwa (penyakit menular). Tidak ada thirah (suatu yang dibuat untuk meramalkan hal-hal yang buruk), tidak ada hamah, dan tidak ada shafar.”
o   Tawakkal dan tak Pesimistis.
          Abu Hurairah  r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, ”Apabila kamu berburuk sangka, janganlah berusaha membuktikan kebenarannya, apakah kamu dengki, janganlah berbuat zalim, dan apabila kamu pesimis, jangan mundur dan bergegaslah.


o   Dominasi Pesimisme bagi orang Pesimis
          Hampir tidak ada orang yang benar-benar selamat dari sikap pesimistis walaupun dalam kadar yang kecil dan rendah. Akan tetapi, pesimisme ini menjadi dominan dalam pemikiran dan perasaan pemikiran dan perasaan orang yang telah atau sering mengalami kegagalan dalam mewujudkan cita-citanya. Ia berharap untuk menang, berlaba, dan selamat, tetapi kekhawatiran akan kalah, rugi, dan celaka lebih kuat. Apabila kekhawatiran-kekhawatiran ini terjadi ia akan mengambinghitamkan thirah. Ia lupa akan takdir dan iradat Tuhan.
o   Melawan Pesimisme
          Selayaknyalah orang yang dihinggapi oleh penyakir pesimis bangkit melawang dan menyerang dengan sekuat tenaga. Ia tidak boleh memberi kesempatan kepada setan untuk memperlemah semangatnya dan berbuat maksiat kepada Tuhan. Hendaklah, pasti datang mencarinya, sedangkan usaha yang dilakukannya hanyalah sekadar ikhtiar dan sebab.
o   Tiada Pesimisme dalam Hadits.
          Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa seorang pria datang menghadap Rasulullah Saw, dan bersabda ; ”Wahai Rasulullah, dahulu kami tinggal di suatu kampung, dan selama menetap tinggal di kampung itu, anggota keluarga kami bertambah banyak dan harta kami berlimpah ruah. Kemudian kami pindah meninggalkan kampung itu dan menetap di kampung lain. Namun selama menetap  di kampung ini, anggota keluarga dan harta kami berkurang jumlahnya. Rasulullah Saw bersabda ”Pindahlah dari kampung itu karena ia adalah kampung yang tidak baik untuk ditempati.”

o   Manfaat Optimisme
o   Melestarikan Optimisme
          Orang yang optimis hendaklah menafsirkan suatu alamat baik dengan tafsiran yang terbaik, tidak berasumsi buruk, dan tidak berburuk sangka kepada dirinya sendiri.
o   Tiga Orang yang tidak melestarikan optimisme
1.      Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi Yusuf As mengadukan lamanya masa tahanannya di penjara kepada Allah Allah berfirman kepadanya , ”Wahai Yusuf, engkau sendiri yang memenjarakan dirimu, karena engkau berkata.
2.      Seorang penyair yang bernama Al-Muammil ibn  Amail pada peristiwa Al-Hirayah bersyair, Al-Muammil menyaksikan sendiri dengan mata kepalanya peristiwa al-Hirayah, alangkah baik jika ia buta matanya. Tak lama setelah itu matanyapun buta dan pada suatu malam ia bermimpi didatangi oleh seorang yang berkata kepadanya. ”ini adalah permintaan anda sendiri”.
T.     MURUAH
o   Pengertian Muruah
          Muruah adalah hiasan jiwa dan cita-cita, pengertian muruah ialah kecermatan seseorang dalam menjaga etiket agar tetap bergerak menuju tingkat terbaik, sehingga tidak tampak lagi sifat buruknya dan tidak ada yang layak dicela dan di kritik.
o   Antara Etiket dan Muruah
o   Muruah Kebutuhan Semua manusia
o   Muruah Sangat berat dan sulit.
          Muruah adalah sangat berat dan sulit. Hanya bagi orang yang benar-benar berjiwa mulia dan bercita-cita tinggi yang mampu memilikinya. Semua rintangan dan kesulitan dianggapnya ringan agar nama baiknya tidak ternoda dan semua kesenangan dianggapnya remeh agar ia selamat dari cacian dan hinaan.
o   Dua Sebab kekuatan Mental
1.      Cita-cita yang tinggi
2.      Jiwa yang mulia
o   Orang Pincang Pertama
          Orang yang memiliki cita-cita yang tinggi, tetapi tanpa jiwa yang mulia bagaikan orang yang mencari sesuatu tanpa memiliki alatnya dan tidak mengetahui caranya. Ia bagai orang buta yang ingin belajar menulis atau orang bisu yang ingin berpidato. Usahanya akan sia-sia dan gagal.
o   Perampok yang bernasib baik
          Apabila orang yang bercita-cita tinggi, tetapi bermoral rendah mampu mewujudkan cita-citanya dan bernasib baik. Cita-cita yang digapainya itu bagaikan hasil penjarahan dan perampokan. Hall ini karena nasib baik dan beruntungan itu bebas nilai dan buta. Ia memberi dan menahan tanpa dasar yang logis.
o   Pemimpin Jahat adalah Azab
o   Orang pincang kedua
o   Kepincangan mana yang lebih baik
o   Keutuhan Muruah
o   Dua Unsur Utama Muruah





















DAFTAR PUSTAKA
Syuaib, Ibrahim, Etika Jiwa, Bandung : Penerbit Pustaka, 2009.










[1]Ibrahim Syuaib, Etika Jiwa, (Bandung: Pustaka, 2009), hlm. 13.
[2]Ibid., hlm. 217.
[3]Ibid., hlm. 14.
[4]Maksudnya: tiap-tiap akan mengerjakan sembahyang atau thawaf keliling ka'bah atau ibadat-ibadat yang lain.
[5]Maksudnya: janganlah melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan jangan pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan
[6]Ibid., hlm. 237.
[7]Ibid., hlm. 220.
[8]Abu Bakar ibn Muhammad ialah Abu Bakar Al-Qaffal Asy-Syasyi, salah satu ulama terkenal dibidang fiqih dan hadits, namanya dinisbathkan kepada negeri Asy-Sasyi, ia mendalami dan mendukung Mazhab Asy Syafi’i beliau wafat tahun 366H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar