Senin, 22 November 2010

TAFSIR AL-FATIHAH


A. LATAR BELAKANG
              Al-Fatihah adalah Ummul Qur’an atau Ummul – Kitab dinamakan Ummul Kitab Karena isi Al-Fatihah ini meliputi tujuan-tujuan pokok Al-Quran antara lain pujian kepada Allah, ibadah kepada Allah dengan melaksanakan segala Perintah-Nya dan Menjauhi segala larangan-larangan-Nya, menjelaskan janji-janji Allah dan ancaman-ancaman-Nya.
              Surat Al-Fatihah juga dinamakan As-Sab’ul-Masani karena surat ini dibaca sebanyak dua kali setiap Sholat. Disebut pula sebagai surat Asas atau Asasul-Quran karena surat ini merupakan pokok Al-Quran dan merupakan permulaan Al-Quran. Disebut Surat Al-Fatihah karena menduduki urutan pertama atau merupakan surat Pertama yang diturunkan secara lengkap.
              Yang menjadikan kami tertarik membahas Surat Al-Fatihah yaitu :
1.      Surat yang paling agung di dalam Al-Quran
2.      Surat yang paling utama didalam Al-Quran
3.      Surat yang didalamnya termaktub munajad antara hamba dan Allah.
              Oleh kerena itu marilah wahai kawan-kawan, kita kaji ummul kitab ini secara bersama-sama, dan menyuruh agar dapat kita ambil hikmah yang ada didalamnya.













B. PEMBAHASAN
TAFSIR SURAT AL-FATIHAH
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÊÈ ßôJysø9$# ¬! Å_Uu šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÈ Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$# ÇÌÈ Å7Î=»tB ÏQöqtƒ ÉúïÏe$!$# ÇÍÈ x$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS ÇÎÈ $tRÏ÷d$# xÞºuŽÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$# ÇÏÈ xÞºuŽÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã ÎŽöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ Ÿwur tûüÏj9!$žÒ9$# ÇÐÈ
1.  Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang[1]
2.  Segala puji[2]bagi Allah, Tuhan semesta alam[3]
3.  Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
4.  Yang menguasai[4]di hari Pembalasan[5]
5.  Hanya Engkaulah yang kami sembah[6], dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan[7]
6.  Tunjukilah[8] kami jalan yang lurus,
7.  (yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat[9]
Penjelasan
ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#
.  Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang
Terdapat perbedaan pendapat seputar Basmallah ini, apakah ia merupakan salah satu Surah ataukah ia surat tersendiri dalam Al-Quran yang dipergunakan untuk memulai bacaan setiap Surah? Namun yang lebih kuat, ia adalah satu ayat dari Surat Al-Fathah. Dan terdapat pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan firman Allah
وَلَقَدْءَاتَيْنَكَ سَبْعًا مَنَ الْمَثَانَى وَالْقُرْءَانَ اَلْعَظِيْمَ
“ Dan sesungguhnya kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung,”
Adalah Surat Al-Fatihah karena terdiri dari tujuh ayat “ Yang diulang-ulang “ didalam sholat.
Sesudah memulai sesuatu dengan menyebut nama Allah yang Pemurah lagi Maha Penyayang, datanglah arah tujuannya kepada Allah dengan memuji dan menyifati-Nya dengan Rubbuhiyyah yang mutlak terhadap alam semesta.
 ßôJysø9$# ¬! Å_Uu šúüÏJn=»yèø9$# ÇËÈ
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam
              Firman tersebut menunjukkan bahwa segala puja dan puji itu diungkapkan karena akan membawa kenikmatan, yakni kenikmatan yang bersumber dari Firman Allah Swt. Karena-Nya, hanya Allah lah yang berhak menerima puja dan puji. Diantara Nikmat-nikmat yang terpenting,a dalah Nikmat Wujud ( Diciptakan dan dipelihara) pengertian ini dapat disarikan dari firman Allah :
Å_Uu šúüÏJn=»yèø9$#
Tuhan Semesta Alam[10]
              Dalam Basmallah terkandung pujian kepada Allah Swt, antara lain dalam menampilkan kedua sifat-Nya Ar-Rahman dan Ar-Rahim, karena itu wajar jika ayat ini ditegaskan bahwa segala puji bagi Allah, apalagi karena dia memelihara seluruh alam.
              Memuji Allah Swt. Adalah luapan rasa syukur yang memenuhi jiwa mukmin di kala mendengar nama-Nya disebut, karena keberadaannya sejak semula di pentas bumi ini tidak lain kecuali limpahan nikmat yang mengundang rasa syukur dan pujian.
              Hamd atau pujian adalah kucapan yang ditujukan kepada yang dipuji sikap atau perbuatan yang baik walau ia tidak memberi sesuatu kepada yang memuji. Disinilah bedanya dengan kata Syukur yang pada dasarnya digunakan mengakui dengan tulus dan dengan penuh rasa hormat pemberian yang dianugerahkan oleh siapa yang disyukuri itu. Kesyukuran itu bermula dalam  yang kemudian melahirkan ucapan dan perbuatan.
              Ada tiga unsur dalam perbuatan yang harus dipenuhi oleh yang diuji sehingga dia wajar mendapat pujian.[11]
Ç`»uH÷q§9$# ÉOŠÏm§9$#
                Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
              Pemeliharaan tidak dapat terlaksana dengan baik dan sempurna kecuali bila disertai oleh rahmat kasih sayang, maka ayat ini menggarisbawahi kedua sifat Allah ini setelah sebelumnya menegaskan bahwa Allah adalah pemelihara seluruh alam. Pemelihara-Nya itu bukan atas dasar kewenang-wenangan, tetapi diliputi oleh rahmat dan Kasih Sayang.
              Ayat ketiga ini tidak dapat dikatakan sebagai pengulang sebahagian kandungan ayat pertama, dalam ayat ketiga ini bertujuan untuk menjelaskan bahwa pendidikan dan pemeliharaan Allah sebagaimana disebutkan pada ayat kedua, sama sekali bukan untuk kepentingan Allah atau suatu pamrih, seperti halnya seseorang atau perusahaan yang menyekolahkan karyawannya. Pendidikan dalam pemeliharaan tersebut semata-mata karena Rahmat dan kasih sayang Tuhan yang dianugerahkan kepada makhluk-makhluknya.
              Sifat ini meliputi semua rahmat dengan semua keadaan dan lapangannya. Kalimat ini diulangi lagi dalam teks surah, dalam ayat tersendiri untuk menegaskan sifat yang jelas dan terang didalam masalah rububiyah yang meliputi itu, dan untuk menatapkan pilar-pilar hubungan yang abadi antara Rabb dengan marbub’( hamba-Nya), antara sang Khaliq dan makhluk-Nya bahwa hubungan itu adalah hubungan rahmat (kasih sayang) dan pemeliharaan yang menghimpun pujian dan sanjungan.[12]
Å7Î=»tB ÏQöqtƒ ÉúïÏe$!$#
  Yang menguasaidi hari Pembalasan
              Pengertian hari pembalasan meliputi pahala bagi orang-orang yang berbuat baik, dan siksaan bagi orang yang berbuat dosa dan kesalahan.[13]
              Hari pembalasan yaitu hari perhitungan bagi makhluk, yakni hari kiamat, mereka dibalas menurut amalnya jika amalnya baik, maka balasannyapun baik, jika amalnya buruk, maka balasannya pun buruk kecuali orang yang dimaafkan.[14]
              Ayat ini menggambarkan keseluruhan besar yang mendapat pengaruhnya bagi kehidupan seluruh manusia, yaitu kepercayaan global terhadap akhirat, “Malik” adalah puncak tingkat kekuasaan, dan “Yaumuddin” adalah hari pembalasan di akhirat. Kehidupan manusia tidak akan konsisten diatas manhaj Allah yang tinggi kalau akidah hulliyah “yang menyeluruh” ini tidak terwujud didalam pikiran manusia, dan kalau hati mereka tidak mantap  bahwa pembalasan mereka di bumi bukan bagian terakhir bagi mereka, dan selama manusia yang terbatas umurnya ini tidak percaya bahwa ia akan hidup di alam lain.[15]
x$­ƒÎ) ßç7÷ètR y$­ƒÎ)ur ÚúüÏètGó¡nS
 Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan Hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan
              Iyyaka merupakan objek yang didahulukan untuk tujuan pembatasan, supaya tujuan pembicaraan terfokus pada apa yang hendak diutarakan. “ Hanya kepada engkaulah kami berserah’ yakni kami tidak beribadah kecuali kepada-Mu dan kami tidak berserah diri kecuali hanya kepada-Mu, dan ini merupakan kesempurnaan ketaatan. Secara lughrawi, ibadah berarti “ketundukan”, sedang ibadah menurut syara suatu hal yang menyatukan kesempurnaan, kecintaan, ketundukan, dan ketaatan.
              Ibadah adalah perasaan merendahan diri yang lahir dari hati nurani, sebagai akibat perasaan keagungan yang disembah, disamping dengan keyakinan bahwa yang disembah itu mempunyai kekuasaan yang pada hakekatnya tidak bisa dijangkau oleh kemampuan akal manusia, sebab kekuasaan Allah tidak bisa dijangkau oleh akal dan tidak bisa dianalisa oleh pikiran.[16]

$tRÏ÷d$# xÞºuŽÅ_Ç9$# tLìÉ)tGó¡ßJø9$#
Tunjukilah  kami jalan yang lurus, ayat tersebut mengandung suatu pengertian bahwa kebahagiaan yang tidak mungkin dicapai kecuali harus menempuh jalan yang benar dan lurus. Dan siapapun yang menyimpang dari jalan lurus tersebut akan berakibat sengsara dan celaka.[17]
          Setelah menyampaikan pujian yang diminta, yang Maha Suci, lagi maha tinggi, maka layaklah untuk mengikutinya dengan permintaan. Setelah dia menghaturkan berbagai amal shaleh dihadapan-Nya, lalu dia menghaturkan permohonan akan kebutuhannya, yaitu kiranya dia akan menunjukkan diri dan saudara-saudara yang beriman amal shaleh dihadapan-Nya, yaitu berupa jalan yang lurus berupa Dinul Islam yang sahih tanpa tambahan dan kekurangan, agama yang bersih dari bid’ah dan khufarat.
Tunjukilah kami jalan yang lurus, ayat tersebut mengandung suatu pengertian bahwa kebahagiaan tidak mungkin dicapai kecuali harus menempuh jalan yang benar dan lurus. Dan siapapun yang menyimpang dari jalan lurus akan berakibat sengsara dan celaka. Pengertian siratal-mustaqim adalah meliputi hal-hal yang bisa menggambarkan kepada kebahagian, baik di dunia maupun di akhirat, terdiri dari akidah, hukum, akhlak, syariah agama.[18]

xÞºuŽÅÀ tûïÏ%©!$# |MôJyè÷Rr& öNÎgøn=tã
(yaitu) jalan orang-orang yang Telah Engkau beri nikmat kepada mereka
              Ayat ini menceritakan bahwa di masa yang lalu terdapat umat yang mematuhi petunjuk-petunjuk, syariat, dan hukum-hukum Allah, dan saat ini kitapun berkewajiban mencontoh jejak-jejak mereka dan meniru perbuatan yang mereka lakukan.
Nikmat adalah kesenangan hidup dan kenyamanan sesuai dengan diri manusia. Nikmat menghasilkan suatu kondisi yang menyenangkan serta tidak mengakibatkan hal-hal yang negatif, baik material maupun immaterial. Kata mencakup kebaikan duniawi dan ukhrawi sementara ulama menyatakan bahwa pengertian asalnya berarti “kelebihan” atau “Pertambahan”. Nikmat adalah sesuatu  yang baik dan berlebih dari apa yang telah dimiliki sebelumnya.
              Seseorang dapat membayangkan apa saja nikmat-nikmat Allah yang telah diperolehnya dengan melihat moral apakah yang dimilikinya sendiri sebelum hadir di pentas dunia ini.
              Adakah sesuatu yang dimiliki manusia sebelum ini? “ Bukankah telah datang atas manusia, suatu waktu dari masa , ketika dia belum merupakan sesuatu yang dapat disebut (karena dia belum ada)? “ Q.S. Al-Insan :1)

ÎŽöxî ÅUqàÒøóyJø9$# óOÎgøn=tæ Ÿwur tûüÏj9!$žÒ9$#
(bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.
              Ayat ini menunjukkan bahwa yang tidak menerima nikmat Allah terdiri dari dua kelompok, pertama kelompok orang yang menyeleweng dari kebenaran setelah mengetahui kebenaran itu, atau berpaling dari kebenaran setelah kebenaran tampak secara jelas. Kelompok ini lebih suka terhadap warisan-warisan nenek moyang (leluhur). Kelompok ini yang termasuk mendapat murka Allah. Kedua, kelompok orang yang tidak mengetahui perkara sama sekali, atau mengetahui tetapi masih goyah, atau belum sempurna. Kelompok ini memandang antara yang hak dan batil didalam  kekaburan. Mereka jauh dari jalan-jalan kebenaran yang dapat menghantarkan kebahagiaan. Mereka juga termasuk orang-orang yang sesat
              Dallin,  berarti mereka yang tidak mengetahui kebenaran, atau yang tidak mengetahui dengan cara yang benar. Mereka itulah orang-orang yang belum pernah kedatangan seseorang rasul pun, atau sudah pernah kedatangan seseorang Rasul tetapi nilai-nilai kebenaran yang dibawa oleh para Rasul itu kurang begitu jelas. Mereka tersesat dan kebutaan dan tidak mendapat hidayah didalam menggapai cita-cita mereka.[19]
              Surat Al-Fatihah adalah termasuk Surat Makiyyah, yakni surat yang turun sebelum nabi Saw, hijrah ke Madinah, Jumlah ayat Surat Al-Fatihah adalah 7 ayat.

























C. KESIMPULAN
              Surah yang mulia ini,  yang berjumlah tujuh ayat, mencakup pujian kepada Allah, Mengagungkan, dan memuji-Nya dengan menuturkan nama-nama-Nya yang indah dan melekat sifat-sifat-Nya yang tinggi dengan menuturkan hari akhirat, yaitu hari pembalasan, dengan membimbing hamba-hamba-Nya dalam memohon dan merendahkan diri kepadanya serta membebaskan diri dari upaya dan kekuatan sendiri untuk menuju kepada pengikhlasan ibadah hanya untuk-Nya, megesakan ketuhan-Nya yang maha suci lagi maha tinggi, membersihkan dari sekutu, bandingan atau sesuatu yang menyerupainya.
              Membimbing hamba dalam memohon hidayah kepadanya pada jalan yang lurus, yaitu Dinul Islam dan memohon kekokohan di atas Din itu hingga kepada keberhasilan melintasi jembatan konkret pada hari kiamat yang akan mengantarkan kepada Surga Na’im dengan bertetanggakan para nabi, para shiddiqin, orang –orang yang mati syahid, dan orang-orang shaleh.

















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Musthafa Al-Maraghi Terjemah, Tafsir Al-Maraghi, Penerbit : CV. Toha Putra Semarang, 1994.
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, Lentera Hati : Ciputat, 2000
Ahmad Hatta, Tafsir Quran Perkara Di Lengkapi Asbabun Nuzul dan Terjemah, Maaghfirah Pustaka, Jakarta, 2009.
Sayyid Qurb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 1, Gema Insani: Jakarta, 2000
Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ibnu Katsir Jilid 1. Gema Insani Press: Jakarta, 1999
Syamsiah Nur, S.Ag.,M.HI, Diktat Tafsir Al-Maraghi 1, Sekolah Tinggi Agama Islam, 2008.




[1]Maksudnya: saya memulai membaca al-Fatihah Ini dengan menyebut nama Allah. setiap pekerjaan yang baik, hendaknya dimulai dengan menyebut asma Allah, seperti makan, minum, menyembelih hewan dan sebagainya. Allah ialah nama zat yang Maha suci, yang berhak disembah dengan sebenar-benarnya, yang tidak membutuhkan makhluk-Nya, tapi makhluk yang membutuhkan-Nya. Ar Rahmaan (Maha Pemurah): salah satu nama Allah yang memberi pengertian bahwa Allah melimpahkan karunia-Nya kepada makhluk-Nya, sedang Ar Rahiim (Maha Penyayang) memberi pengertian bahwa Allah senantiasa bersifat rahmah yang menyebabkan dia selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada makhluk-Nya.
[2]Alhamdu (segala puji). memuji orang adalah Karena perbuatannya yang baik yang dikerjakannya dengan kemauan sendiri. Maka memuji Allah berrati: menyanjung-Nya Karena perbuatannya yang baik. lain halnya dengan syukur yang berarti: mengakui keutamaan seseorang terhadap nikmat yang diberikannya. kita menghadapkan segala puji bagi Allah ialah Karena Allah sumber dari segala kebaikan yang patut dipuji.
[3]Rabb (Tuhan) berarti: Tuhan yang ditaati yang Memiliki, mendidik dan Memelihara. Lafal Rabb tidak dapat dipakai selain untuk Tuhan, kecuali kalau ada sambungannya, seperti rabbul bait (tuan rumah). 'Alamiin (semesta alam): semua yang diciptakan Tuhan yang terdiri dari berbagai jenis dan macam, seperti: alam manusia, alam hewan, alam tumbuh-tumbuhan, benda-benda mati dan sebagainya. Allah Pencipta semua alam-alam itu.
[4]Maalik (yang menguasai) dengan memanjangkan mim,ia berarti: pemilik. dapat pula dibaca dengan Malik (dengan memendekkan mim), artinya: Raja.
[5]Yaumiddin (hari Pembalasan): hari yang diwaktu itu masing-masing manusia menerima pembalasan amalannya yang baik maupun yang buruk. Yaumiddin disebut juga yaumulqiyaamah, yaumulhisaab, yaumuljazaa' dan sebagainya.
[6]Na'budu diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, Karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya.
[7]Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.

[8]Ihdina (tunjukilah kami), dari kata hidayaat: memberi petunjuk ke suatu jalan yang benar. yang dimaksud dengan ayat Ini bukan sekedar memberi hidayah saja, tetapi juga memberi taufik.
[9]yang dimaksud dengan mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat ialah semua golongan yang menyimpang dari ajaran Islam.

[10]Ahmad Musthafa Al-Maraghi Terjemah, Tafsir Al-Maraghi, (Semarang: CV.Toha Putra Semarang, 1994), hlm. 27.
[11]Ibid., hlm. 28.
[12]Sayyid Qurb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an Jilid 1,(Gema Insani: Jakarta, 2000),hlm.22-28.
[13]AL-Maraghi, ibid., hlm. 28.
[14]Muhammad Nasib Ar-Rifa’i, Ibnu Katsir Jilid 1. (Gema Insani Press: Jakarta, 1999), hlm. 61.
[15]Sayyid Quthb, Ibid.,hlm. 29.
[16]Syamsiah Nur, S.Ag.,M.HI, Diktat Tafsir Al-Maraghi 1, (Sekolah Tinggi Agama Islam, 2008), hlm. 5.
[17]Al-Maraghi, op. cit. hlm. 28.
[18]Syamsiah Nur, S.Ag.,M.HI, op.cit., hlm. 5
[19]Al-Maraghi, Ibid., hlm. 29.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar